-->

Iklan Billboard 970x250

Pentingkah sebuah IMAN? ;Penjelasan Iman berdasarkan Qaul yang Rajih

Pentingkah sebuah IMAN? ;Penjelasan Iman berdasarkan Qaul yang Rajih

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2008) dikatakan bahwa rukun ialah asas atau dasar sahnya satu pekerjaan tertentu. Apabila salah satu di antara rukun iman ini tidak terlaksana maka keimanan seseorang itu kurang sempurna.  Pandangan yang sedikit berbeda dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, beliau mengatakan bahwa Rukun merupakan “sisi terkuat dari sesuatu, di mana sesuatu itu bersandar kepadanya” (Islam yang Saya Anut; Dasar-Dasar Ajaran Islam: 2018). Diibaratkan kalau dalam sebuah bangunan adalah fondasinya. Sebuah bangunan apabila didirikan tanpa adanya sebuah fondasi maka bangunan itu tidak akan berdiri kokoh seperti bangunan yang didirikan dengan fondasi. Secara garis besar rukun adalah bagian dari sesuatu, maka apabila ada sebagian dari sesuatu tersebut tidak terpenuhi maka cacatlah imannya. Tapi harus kita sadari bahwa Islam dan Iman tidak hanya terbatas pada apa yang dinamai Rukun, karena ada sebagian bangunan yang serupa dengan Iman walaupun kedudukannya tidak sekuat Iman. Seperti contoh sebuah rumah, rumah akan dikatakan rumah apabila bangunan tersebut terdiri dari fondasi, dinding, atap, lantai dan lain sebagainya yang termasuk bangunan rumah. Jadi, rumah yang utuh adalah rumah yang dilengkapi oleh bagian-bagian (ruangan) lainnya yang merupakan pelengkap dari fondasi tersebut. Begitu pun dengan Rukun Islam atau Rukun Iman belum dikatakan Islam atau Iman apabila ada bagian lain yang belum terpenuhi, bisa dikatakan rukun adalah sisi terpentingnya. Dalam kitab Tanqih al-Qaul karya Imam Jalal ad-Diin Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi, di katakan bahwa ”Tidak sempurna keimanan seseorang kecuali dengan menyempurnakan berbagai kefardhuan dan sunnah-sunnah”. 

Lalu apa sajakah sisi-sisi terpenting itu? Tentunya temen-temen sudah mengetahui atau mungkin bahkan hafal ada berapa rukun iman. Nah di bawah ini ada penjelasan mengenai ada berapa rukun iman beserta penjelasannya menurut para Ulama.




Seperti yang kita ketahui bahwa ada 6 (enam) rukun atau pokok yang disepakati para Ulama. Banyak para Ulama yang menjelaskan tentang ini di antaranya:

a) Abi Said al-Khadimi (Majmu’atu Tsalatsi Rasaail:1405 H)

  • Iman kepada Allah
    Beriman kepada Allah menurut Abi Said al-Khadimi adalah dengan meyakini bahwa Allah Maha Esa, tiada satu pun yang serupa dengan-Nya dan tiada satu pun yang menyertai-Nya
  • Iman kepada Malaikat
    Cara mengimani malaikat adalah dengan meyakini bahwa malaikat adalah hamba atau makhluk Allah yang diciptakan sebagai utusan atau sebagai tentara-Nya. Namun, perlu diketahui bahwa malaikat itu tidak memiliki nafsu seperti manusia. Jadi, malaikat adalah makhluk Allah yang disucikan dari kesalah dan dosa
  • Iman kepada Kitab
    Beriman kepada kitab berarti kita meyakini kitab-kitab yang Allah turunkan kepada para Nabi melalui utusan-Nya. Di antara kitab yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya ialah kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an
  • Iman kepada Rasul
    Yaitu dengan meyakini bahwa seluruh utusan Allah diutus untuk menyampaikan kebenaran dari Allah kepada seluruh makhluk tak terkecuali Jin sekalipun. Dan cara beriman kepada rasul lainnya dengan meyakini bahwa utusan Allah itu adalah sebaik-baiknya manusia yang dijaga oleh Allah dari melakukan dosa-dosa (Ma’sum)
  • Iman kepada Hari Akhir
    Iman kepada hari akhir adalah dengan meyakini bahwa Allah akan membangkitkan seluruh makhluk di hari pembalasan untuk dimintai pertanggung jawaban ketika manusia hidup didunia. Selain itu, cara beriman kepada hari akhir juga dengan meyakini pertanyaan Munkar Nakir ketika dialam kubur, siksa kubur, nikmat kubur, syafaat dan lain sebagainya
  • Iman kepada Qadha dan Qadar
    Qadha dan Qadhar adalah ketentuan dari Allah. Qadha adalah ketentuan Allah sejak zaman Azali (alam ruh) dan Qadar adalah pelaksanaan Qadha ketika manusia menjadi penghuni bumi. Cara beriman kepada Qadha dan Qadar Allah adalah dengan meyakini segala apa yang bergerak dibumi itu atas kehendak Allah, baik atau buruk. Tetapi manusia diberikan pilihan untuk memilih di antara yang baik atau buruk

b) Muhammad Nawawi al-Jawi (Qathrul Ghaits:1432H)

  • Iman kepada Allah
    Dalam kitabnya dikatakan bahwa beriman kepada Allah yaitu dengan meyakini sifat Allah yang 20 yang di kemukakan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari, tiada yang menyertainya dan tiada satu pun yang menandinginya
  • Iman kepada Malaikat Imam Nawawi membaginya menjadi beberapa bagian yaitu malaikat Haffun (yang mengelilingi), Ruhaniyyun (yang mengatur Ruhani), Karubiyyun, Safratun (yang menjadi perantara seperti Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail) dan malaikat Hafadzah. Perlu diketahui bahwa malaikat itu tidak berjenis kelamin bukan perempuan ataupun laki-laki juga bukan pula banci dan malaikat tidak dilahirkan seperti manusia dilahirkan pada umumnya
  • Iman kepada Kitab Adalah dengan meyakini bahwa Allah meyakini bahwa Allah menurun kitab kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Dalam kitabnya disebutkan bahwa Allah menurunkan kitab kepada utusan-Nya sebanyak 104 kitab. Di antara kitab itu Allah menurunkannya kepada Nabi Adam A.S sebanyak 10 suhuf (lembaran), 50 suhuf kepada Nabi Syits, 30 kepada Nabi Idris, 10 kepada Nabi Ibrahim. Untuk 4 kitab lainnya adalah kitab besar yang berbentuk kitab bukan suhuf di antaranya yaitu kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa A.S, kitab Taurat kepada Nabi Musa, kitab Zabur kepada Nabi Daud A.S dan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. 
  • Iman kepada Rasul Beriman kepada para rasul yakni meyakini bahwa utusan pertama yang Allah utus kepada manusia adalah Nabi Adam A.S dan utusan terakhir adalah nabi Muhammad Saw. Selain itu, kita juga harus meyakini sifat Rasul yang empat yakini Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fatanah. Adapun jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui hanya 25. Jumlah nabi dari qoul yang diterima dari para ulama kurang lebih ada sebanyak seratus dua puluh empat ribu nabi, dan tiga ratus tiga belas rasul.
  • Iman kepada Hari Akhir
    Adalah dengan meyakini bahwa Allah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan akan mengumpulkan manusia di padang mahsyar untuk dimintai pertanggungjawabannya ketika manusia hidup di dunia.
  • Iman kepada Qadha dan Qadhar
    Sama seperti Abi Said al-Khadimi bahwa Allah menciptakan Lauh Mahfudz dan Qalam sebagai dasar penetapan akan tingkah laku manusia didunia. Namun, ketika di dunia manusia diberikan kebebasan untuk memilih

Agar pemahamannya lebih luas saya sarankan untuk datang kepada guru atau Ustadz temen-temen yang memang kompeten dibidangnya, sekaligus verifikasi karena dikhawatirkan ada di antara uraian di atas yang tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan Ulama. Karena ada satu kalimat yang harus jadi pertimbangan yaitu ”Man la lahu syaikhun, fasyaikhuhu syaithanun” Barang siapa yang belajar tanpa (dibimbing) seorang guru maka gurunya adalah syetan. Hal ini harus dilakakan karena apabila ada MisUnderstanding, guru kita bisa meluruskannya.


Bagi sobat yang ingin mengetahui lebih lanjut bisa check Referensinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2008, Majmu’atu Tsalatsi Rasaail; Abi Said al-Khadimi, Qathrul Ghaits; Muhammad Nawawi al-Jawi.


Happy Learning … Keep Spirit … Do More Get More


Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment

Iklan Tengah Post